Oleh: Ugit Rifai
Usai menjalankan ibadah puasa
sebulan penuh di bulan Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia merayakan
Idul Fitri pada 1 Syawal. Perayaan diwarnai dengan takbir, tasbih dan
tahmid sepanjang hari. Berikutnya setelah melaksanakan shalat Id, jamaah
saling bertegur sapa dan saling mendoakan. Rona ceria nampak pada wajah
setiap orang. Suasana seperti ini umum kita temui pada momen Idul
Fitri. Tapi, ada satu tradisi yang khas di Indonesia pada momen Idul
Fitri ini, tradisi halalbihalal.
Sejarah yang paling populer mengenai asal-usul tradisi halalbihalal ini yaitu sebuah tradisi yang dimulai oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I, atau dikenal dengan Pangeran Sambernyawa, yang
ketika itu memimpin Surakarta mengumpulkan para punggawa dan prajurit
di balai istana untuk melakukan sungkem kepada Sang Raja dan Permaisuri
setelah perayaan Idul Fitri. Hal ini dilakukan untuk menghemat tenaga
dan biaya. Sejak saat itu, kunjungan terhadapi orang yang lebih tua atau
berkedudukan lebih tinggi untuk meminta maaf pada perayaan Idul Fitri
menjadi tradisi tersendiri.
Adapun asal-usul istilah halalbihalal memiliki beragam versi. Halalbihalal sendiri
merupakan istilah bahasa Indonesia yang menggunakan kata berbahasa
Arab. Di negara Arab sendiri, baik kata maupun tradisinya, tidak ada
sama sekali. Ini betul-betul khas Indonesia. Karena keunikannya,
sehingga seorang dubes Belanda untuk Indonesia yang juga ahli sastra
Arab, Nikolaos Van Dam, mengira bahwa halalbihalal adalah
kata berbahasa Arab. Namun, setelah mencari referensi literatur Arab,
ternyata dia tidak menemukan sama sekali kata maupun tradisi yang
dimaksud.
Sebelum dibakukan menjadi kata dalam bahasa Indonesia, halalbihalal (ditulis sebagai satu kata tanpa spasi) sudah ditemukan dalam kamus bahasa Jawa-Belanda kumpulan Dr. Th. Pigeaud terbitan
tahun 1938 yang persiapannya dimulai di Surakarta pada tahun 1926 atas
perintah Gubernur Jenderal Hindia-Belanda pada tahun 1925. Halalbihalal
dalam kamus tersebut terdapat pada entri huruf 'A' dengan kata 'alal behalal' dengan arti yang sama dengan arti 'halalbihalal' yang dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu acara maaf-memaafkan pada hari Lebaran dan merupakan suatu kebiasaan yang khas Indonesia.
Salah satu versi menyebutkan bahwa kata halalbihalal sudah
ada sejak tahun 1935-1936. Diceritakan bahwa pada setiap hari Lebaran,
ada penjual martabak berkebangsaan India yang berjualan di gerbang Taman
Sriwedari, Surakarta. Ia dibantu oleh seorang pribumi untuk mendorong
gerobak dan mengurus api penggorengan. Untuk menarik para pembeli, Si
Pembantu tadi berteriak-teriak, "Martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal!" Kemudian anak-anak menirukan ucapannya dengan "halal behalal". Sejak saat itu, istilah halal behalal menjadi populer di kalangan masyarakat di Surakarta.
Versi lain menyebutkan bahwa halalbihalal merupakan gabungan kata berbahasa Arab. Ada dua kata halal yang berarti 'boleh' atau 'diizinkan' digabungkan dengan kata penghubung bi yang berarti 'dengan'. Sehingga berarti halal dengan halal, artinya saling menghapus segala hal yang dilarang, seperti dosa dan kesalahan terhadap orang lain. Meskipun ketiga kata ini berasal dari bahasa Arab, tidak dikenal penggabungan kata seperti itu dalam bahasa Arab.
Versi berikutnya menyebutkan bahwa kata halalbihalal berawal
dari keterbatasan bangsa Indonesia dalam berbahasa Arab ketika
menunaikan ibadah haji. Ketika terjadi tawar-menawar harga barang,
jamaah Indonesia hanya berkata "halal?". Lalu ketika penjual berkata "halal", maka transaksi disetujui bersama.
Apapun
yang melatarbelakangi munculnya tradisi dan istilah ini di bumi
Indonesia, ini adalah nilai bangsa yang harus dilestarikan sebagai bukti
bahwa agama tidak bertentangan dengan budaya lokal, bahkan justru ikut
membangun tumbuhkembangnya. Seperti juga yang diakui oleh Umar Kayam, seorang budayawan Indonesia, yang menilai tradisi halalbihalal ini sebagai terobosan akulturasi budaya Jawa dan Islam.
Sumber:
- Halalbihalal oleh Wieke Gur
- Tradisi Lebaran dan Halalbihalal Oleh Moh. Safrudin, S.Ag., M.Pd.I.
- http://paman-guru.blogspot.com
- Sumber-sumber lain
tulisan saya nih, Oom.. link nya aktifin dong.. http://paman-guru.blogspot.com/ hehe.. thanks. :)
ReplyDelete